Minggu, 01 Maret 2015

Cerpen Kebahagian yang Hilang



Cerpen
 
          Untuk kali ini saya akan berbagi cerpen, cerrpen ini karya saya sendiri. Maaf apabila masih banyak kekurangan, karena saya tidak bisa pandai berkata-kata juga merangkai kata.  

Kebahagiaan Yang Hilang

Udara pagi yang begitu sejuk, membangunkanku dari sifat malas yang sejak tadi menyerangku. Hari ini adalah hari pertama aku kembali masuk sekolah di tahun ajaran baru, aku bersiap untuk memulai kembali perjuangan yang terhenti seketika karena libur. Libur yang terlalu panjang membuatku terlalu banyak bersantai di rumah, sehingga rasa malas pun menyerang. Seragam baru, tas baru, sepatu baru dan semuanya yang baru bukanlah alasanku untuk bersemangat pergi ke sekolah. Namun karena sudah tidak sabar lagi bertemu dengan teman-temanku yang kocak, seru, asyik, dan super baik. Kebetulan juga karena ada tugas penting dari ibuku dan nenekku yang harus aku laksanakan di sekolah. Kebetulan sekarang aku tinggal dengan nenek, karena ibu harus menemani ayah yang pindah tugas diluar kota.
Seperti biasa meskipun sudah menginjak kelas 1 SMA namun semua keperluanku selalu nenek yang menyiapkan, maklum aku adalah cucu kesayangan nenek dan hanya aku yang tinggal bersama nenek. Sehingga aku merasa menjadi anak bungsu nenek, jadi aku agak sedikit manja. Mulai dari nyuci, nyetrika, masak dan sebagian perkerjaan rumah yang lainnya nenek yang kerjakan. Namun meskipun begitu aku sering membantu nenek untuk mencuci piring dan menyapu atau menglap lantai. Nenek tidak pernah lupa untuk membuatkanku bekal ke sekolah, kecuali jika nenek sedang menginap dirumah anaknya yang lain. Karena nenek kadang diminta anaknya untuk menginap dirumah mereka. Aku dan nenekku sangatlah berbeda, aku bisa dibilang anak manja dan nenekku orangnya rajin dan mandiri.
Semua keperluan sekolahku sudah siap, aku juga siap berangkat sekolah tanpa lupa berpamitan kepada nenek.
“nenek, ade berangkat dulu. Assalamu’alaikum” aku pamit kepada nenek sambil mencium tangannya
“Wa’alaikum salam, hati-hati dijalan nak” pesan nenek sebelum aku keluar pagar rumah
“Iya tentu saja nek” jawabku pada nenek
Aku berjalan kaki ke sekolah, karena jarak dari rumah ke sekolah lumayan dekat. Sesampai disekolah aku langsung mencari teman-temanku, karena saking tidak bisa dibendung rasa rindu itu. Dan akhirnya pun aku menemukan mereka, jika kami sudah berkumpul maka tidak heran kalau kami sangatlah berisik. Mulai dari pengalaman liburan, pelajaran, sekolah dan hal-hal lainnya pasti akan menjadi topik pembicaraan kami. Jika pulang sekolah kami sering berkumpul dulu hanya untuk ngobrol atau menanyakan tugas yang kurang kami mengerti kepada teman kami yang lebih bisa dan mengerti. Bahkan di hari libur pun kami kadang-kadang bertemu karena harus mengerjakan tugas kelompok yang telah diberikan. Maka hampir dalam seminggu kami selalu bertemu, tanpa ada kata libur sehari dua hari. Terkecuali jika libur panjang, karena banyak teman-temanku yang pulang kampung.
4 bulan semua itu berjalan lancar, namun ada yang berubah semenjak nenekku sering sakit-sakitan. Aku harus pulang cepat, karena hanya ada kakek dirumah. Ibu dan ayahku tidak bisa pulang sekarang, karena ayahku terikat kontrak dengan pemerintah. Rasanya tidak tega melihat kakek harus merawat nenek sendirian saat aku sekolah, padahal sekarang umur beliau sudah tidak muda lagi. Sekarang semua pekerjaan rumah aku yang mengerjakan mulai dari nyuci, nyetrika, masak dan perkerjaan yang lainnya. Cucu kesayangan yang dulunya manja sekarang telah berubah menjadi cucu yang mandiri dan selalu merawat nenek serta kakeknya. Aku tidak seceria dulu karena aku selalu memikirkan nenekku, aku takut terjadi apa-apa terhadap nenekku. Jika hari libur pun aku harus tetap diam dirumah, dan jika ada tugas aku selalu kirim lewat email karena tidak bisa ikut kerja kelompok dengan teman-temanku. Akhirnya mereka pun menyadari semua perubahan pada diriku, sehingga aku menjelaskan semuanya kepada mereka. Alhamdulillah mereka dapat mengerti, keesokan harinya mereka menjenguk nenek dirumah. Mereka sangat prihatin melihat kondisi nenek sekarang, nenek yang dulu kuat, rajin dan humoris menjadi lemah dan hanya terbaring dikasur.
Keadaan itu tidak berlangsung lama, satu bulan kemudian nenekku pergi untuk selamanya menghadap Sang Pencipta. Perasaanku tak karuan, aku belum bisa menerima semua ini. Nenek yang sangat aku sayangi kini pergi meninggalkanku. Semenjak kepergian nenek, aku tak ingat kapan tertawa, tersenyum dan merasakan kebahagiaan serta ketenangan jiwa. Rasanya sudah lama sekali, sejujurnya aku merindukan hal itu apalagi bersama beliau. Merindukan dimana aku selalu tersenyum, tertawa dan bahagia setiap hari seperti tak memiliki beban hidup. Sekarang satu tahun sudah kau pergi meninggalkanku dalam kesendirian, nenek hanya do’a yang dapat aku kirimkan untukmu. Yang tak henti terus terucap dari bibirku, yang selalu mengobati rasa rinduku padamu meskipun hanya sebesar biji zarrah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar