Cerpen
Untuk
kali ini saya akan berbagi cerpen, cerrpen ini karya saya sendiri. Maaf
apabila masih banyak kekurangan, karena saya tidak bisa pandai
berkata-kata juga merangkai kata.
Kebahagiaan Yang Hilang
Udara pagi yang begitu sejuk, membangunkanku dari sifat malas yang
sejak tadi menyerangku. Hari ini adalah hari pertama aku kembali masuk sekolah
di tahun ajaran baru, aku bersiap untuk memulai kembali perjuangan yang
terhenti seketika karena libur. Libur yang terlalu panjang membuatku terlalu
banyak bersantai di rumah, sehingga rasa malas pun menyerang. Seragam baru, tas
baru, sepatu baru dan semuanya yang baru bukanlah alasanku untuk bersemangat
pergi ke sekolah. Namun karena sudah tidak sabar lagi bertemu dengan
teman-temanku yang kocak, seru, asyik, dan super baik. Kebetulan juga karena
ada tugas penting dari ibuku dan nenekku yang harus aku laksanakan di sekolah.
Kebetulan sekarang aku tinggal dengan nenek, karena ibu harus menemani ayah
yang pindah tugas diluar kota.
Seperti biasa meskipun sudah menginjak kelas 1 SMA namun semua
keperluanku selalu nenek yang menyiapkan, maklum aku adalah cucu kesayangan
nenek dan hanya aku yang tinggal bersama nenek. Sehingga aku merasa menjadi
anak bungsu nenek, jadi aku agak sedikit manja. Mulai dari nyuci, nyetrika,
masak dan sebagian perkerjaan rumah yang lainnya nenek yang kerjakan. Namun
meskipun begitu aku sering membantu nenek untuk mencuci piring dan menyapu atau
menglap lantai. Nenek tidak pernah lupa untuk membuatkanku bekal ke sekolah,
kecuali jika nenek sedang menginap dirumah anaknya yang lain. Karena nenek
kadang diminta anaknya untuk menginap dirumah mereka. Aku dan nenekku sangatlah
berbeda, aku bisa dibilang anak manja dan nenekku orangnya rajin dan mandiri.
Semua keperluan sekolahku sudah siap, aku juga siap berangkat
sekolah tanpa lupa berpamitan kepada nenek.
“nenek, ade
berangkat dulu. Assalamu’alaikum” aku pamit kepada nenek sambil mencium
tangannya
“Wa’alaikum
salam, hati-hati dijalan nak” pesan nenek sebelum aku keluar pagar rumah
“Iya tentu saja
nek” jawabku pada nenek
Aku berjalan kaki ke sekolah, karena jarak dari rumah ke sekolah
lumayan dekat. Sesampai disekolah aku langsung mencari teman-temanku, karena
saking tidak bisa dibendung rasa rindu itu. Dan akhirnya pun aku menemukan
mereka, jika kami sudah berkumpul maka tidak heran kalau kami sangatlah
berisik. Mulai dari pengalaman liburan, pelajaran, sekolah dan hal-hal lainnya
pasti akan menjadi topik pembicaraan kami. Jika pulang sekolah kami sering
berkumpul dulu hanya untuk ngobrol atau menanyakan tugas yang kurang kami
mengerti kepada teman kami yang lebih bisa dan mengerti. Bahkan di hari libur
pun kami kadang-kadang bertemu karena harus mengerjakan tugas kelompok yang
telah diberikan. Maka hampir dalam seminggu kami selalu bertemu, tanpa ada kata
libur sehari dua hari. Terkecuali jika libur panjang, karena banyak
teman-temanku yang pulang kampung.
4 bulan semua itu berjalan lancar, namun ada yang berubah semenjak nenekku
sering sakit-sakitan. Aku harus pulang cepat, karena hanya ada kakek dirumah.
Ibu dan ayahku tidak bisa pulang sekarang, karena ayahku terikat kontrak dengan
pemerintah. Rasanya tidak tega melihat kakek harus merawat nenek sendirian saat
aku sekolah, padahal sekarang umur beliau sudah tidak muda lagi. Sekarang semua
pekerjaan rumah aku yang mengerjakan mulai dari nyuci, nyetrika, masak dan
perkerjaan yang lainnya. Cucu kesayangan yang dulunya manja sekarang telah
berubah menjadi cucu yang mandiri dan selalu merawat nenek serta kakeknya. Aku
tidak seceria dulu karena aku selalu memikirkan nenekku, aku takut terjadi
apa-apa terhadap nenekku. Jika hari libur pun aku harus tetap diam dirumah, dan
jika ada tugas aku selalu kirim lewat email karena tidak bisa ikut kerja
kelompok dengan teman-temanku. Akhirnya mereka pun menyadari semua perubahan pada
diriku, sehingga aku menjelaskan semuanya kepada mereka. Alhamdulillah mereka
dapat mengerti, keesokan harinya mereka menjenguk nenek dirumah. Mereka sangat prihatin
melihat kondisi nenek sekarang, nenek yang dulu kuat, rajin dan humoris menjadi
lemah dan hanya terbaring dikasur.
Keadaan itu tidak berlangsung lama, satu bulan kemudian nenekku pergi
untuk selamanya menghadap Sang Pencipta. Perasaanku tak karuan, aku belum bisa
menerima semua ini. Nenek yang sangat aku sayangi kini pergi meninggalkanku.
Semenjak kepergian nenek, aku tak ingat kapan tertawa, tersenyum dan merasakan
kebahagiaan serta ketenangan jiwa. Rasanya sudah lama sekali, sejujurnya aku
merindukan hal itu apalagi bersama beliau. Merindukan dimana aku selalu
tersenyum, tertawa dan bahagia setiap hari seperti tak memiliki beban hidup. Sekarang
satu tahun sudah kau pergi meninggalkanku dalam kesendirian, nenek hanya do’a
yang dapat aku kirimkan untukmu. Yang tak henti terus terucap dari bibirku,
yang selalu mengobati rasa rinduku padamu meskipun hanya sebesar biji zarrah.